Pengelolaan Waduk Jatiluhur untuk Menunjang Usaha Perikanan yang Berkelanjutan dan Lestari
PENDAHULUAN
Danau/waduk merupakan komponen yang sangat penting dalam keseimbangan sistem tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya. Dari sudut ekologi misalnya, waduk dan danau merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi tinggi rendahnya muka air.
Selain itu, kehadiran waduk dan danau juga akan mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Sedangkan ditinjau dari sudut keseimbangan tata air, waduk dan danau berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta penyuplai air tanah.
Waduk Jatiluhur (Ir. H. Djuanda) merupakan waduk yang dibangun di daerah aliran sungai (DAS) Citarum dengan tujuan utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan penyediaan air minum. Waduk yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 8.300 Ha dengan kapasitas waduk mencapai kurang lebih 3 milyar m3 dan duga muka air maksimum mencapai 107 meter di atas permukaan laut.
Waduk ini juga berfungsi sebagai lahan untuk perikanan tangkap dan budidaya ikan. Pola penangkapan ikan di Waduk Jatiluhur adalah dengan menggunakan jaring insang, jala, anco dan pancing dengan hasil tangkapan rata-rata sebesar 118.875 kg per tahun atau sebesar 1.359,439 ton per tahun. Pola budidaya ikan di waduk ini dilakukan dengan menggunakan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran 7x7 meter. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah jenis ikan mas, nila dan patin. Produksi ikan dari kegiatan budidaya dari tahun 2004-2007 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu dari 7.048,36 ton menjadi 33.314 ton (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2004-2007).
Pengelolaan perikanan sumberdaya perairan Waduk Jatiluhur sampai saat ini masih berorientasi kepada peningkatan produksi dan mengabaikan kondisi lingkungan perairan. Peningkatan jumlah unit KJA yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah yang berdampak negatif, baik secara ekonomi maupun terhadap lingkungan perairan terhadap perikanan tangkap perairan waduk. Limbah organik yang tidak terurai dengan sempurna akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan berdampak menumpuknya limbah tersebut di dasar perairan. Hal ini juga memicu serta memacu terjadinya eutrofikasi yang menyebabkan blooming alga diikuti dengan munculnya gas-gas yang dapat membunuh organisme lain.
Dalam keadaan demikian maka secara fisik waduk tersebut tidak akan jauh berbeda dengan comberan raksasa, di waktu mendapatkan sinar matahari berwarna hijau pekat dan berwarna hitam kecoklat-coklatan di saat tidak mendapatkan sinar matahari. Dampak tersebut tentu saja merugikan petani dan nelayan ikan, disamping berdampak juga terhadap pariwisata dan sumber air untuk konsumsi yang mengancam keseimbangan ekosistem waduk dan kelestarian sumberdaya perikanan serta keberlanjutan usaha perikanan (tangkap dan budidaya KJA) di perairan tersebut Jika tidak ada penanganan akan laju kerusakan ini, maka akan mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat perikanan di perairan waduk tersebut.
Berbagai riset telah dilakukan oleh BRKP, perguruan tinggi dan institusi riset lainnya juga menunjukkan adanya penurunan kondisi lingkungan dan ekosistem perairan waduk Jatiluhur. Data Riset PANELKANAS dari BBRSEKP mengindikasikan adanya kecenderungan penurunan pendapatan, skala usaha dan kesejahteraan nelayan tangkap di perairan tersebut. Hasil-hasil yang menyangkut kondisi biofisik perairan waduk Jatiluhur juga menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan dan penurunan stok ikan di waduk Jatiluhur.
Untuk itu diperlukan upaya keberlanjutan perikanan sebagai upaya untuk melindungi sumberdaya perikanan dari kepunahan serta tetap memberikan keuntungan ekonomi bagi komunitas perikanan. Dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang timbul dan formulasi pengelolaan sumberdaya perikanan dimasa mendatang untuk menciptakan keseimbangan ekosistem perairan waduk, BBRSEKP memandang perlu melakukan Lokakarya Pengelolaan Waduk Jatiluhur untuk Menunjang Usaha Perikanan yang Berkelanjutan dan Lestari. Kegiatan ini merupakan forum untuk mempertemukan pelaku riset, pembuat kebijakan dan pelaku usaha Jatiluhur bertukar pikiran dan mencari solusi untuk kelestarian waduk dan keberlanjutan usaha. Dalam lokakarya ini akan ditampilkan beberapa makalah dari narasumber yang berkompeten serta diskusi untuk merumuskan pola pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.
Salam
BalasHapusRekan-rekan yang sedang bergelut di usaha perdagangan ikan, modern market, traditional market, hotel, rumah makan, pemancingan ataupun pabrik pengolahan ikan bersama ini kami bermaksud menawarkan kerjasama suply ikan air tawar untuk usaha rekan-rekan.
Sebagai gambaran saat ini kami sedang bekerjasama dengan kelompok peternak ikan di kolam deras wilayah Subang Jawa Barat. Pola kerjasama dengan peternak ikan berupa penyediaan bibit, pakan, pemasaran hasil budidaya juga penambahan kolam.
Beberapa hari mendatang ada beberapa kolam ikan mas dan nila merah yang akan siap dipanen, perkiraan berat panen 0,4- 0,6 kg per ekor dengan kapasitas +/- 10 ton.
Kelebihan kerjasama dengan kami adalah :
- Ikan lebih gurih dan tidak bau tanah
- Kontinuitas terjamin
(karena kami memiliki kolam sendiri dan bermitra dg peternak di wil subang)
- Kualitas terbaik ikan air deras subang
- Dikirim dalam kondisi hidup sehingga ikan sudah pasti segar
- Harga dapat dibicarakan
- Pola pembayaran flesibel
Demikian penawaran ini kami sampaikan, dengan harapan dapat terjalin kerjasama yang saling menguntungkan ataupun dapat memberikan informasi pasar bagi hasil budidaya kami.
Terima kasih
Salam
SIwi Taufiq R
Info and pemesanan call / sms 085320902122 siwi